Katib Syuriah PCNU Jombang H Abd Kholiq Hasan mengajak warga nahdliyin
mengetahui dalil-dalil anjuran merayakan atau memperingati Maulid Nabi
Muhammad SAW. Pasalnya tak sedikit golongsn yang menganggap perayaan itu
adalah bid’ah yang sesat.
<>
Dalam pandangan Gus Kholiq,
sapaan akrabnya, peringatan Maulid Nabi pada dasarnya adalah ungkapan
rasa senang dan gembira dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW. Rasa senang
dan gembira itu sendiri merupakan perintah Allah SWT.
Dalam
Al-Qur’an surah Yunus ayat 58, lanjut dia, disebutkan anjuran untuk
bergembira dengan karunia Allah dan rahmat-Nya sebab Karunia Allah dan
rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Rasa
senang dan gembira ini, kata dia, sebagaimana yang telah Nabi contohkan
sendiri dengan cara berpuasa pada hari kelahiran beliau. Dalam sebuah
hadits diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari yang artinya bahwa
Rasulullah pernah ditanya tentang puasa Senin. Nabi menjawab, pada hari
itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.
Sedangkan
untuk memperingati Maulid Nabi ini, menurut Gus Kholiq, terdapat
dorongan kuat untuk membaca shalawat dan salam kepadanya. Sebab
dijelaskan dalam Al-Qur’an surah QS. al-Ahzab ayat 56, Allah dan para
malaikatnya bershalawat kepada Nabi Muhammad saat lahir.
“Innallaaha
wa malaaikatahu yushalluna alan nabi. Yaa ayyuhalladzina amanu shallu
‘alaihi asallimu taslima. (Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah
kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya),” terangnya
kepada NU Online, Senin (7/12).
Segala sesuatu yang menjadi
dorongan untuk melakukan perbuatan yang dianjurkan oleh syara’, berarti
dianjurkan pula dalam syara’. Dan segala sesuatu yang menjadi dorongan
melakukan perbuatan yang diperintahkan oleh syara’, berarti
diperintahkan pula dalam syara’. “Salah satu kaidah ushuliyah disebutkan
maa laa yutimmul wajibu illa bihi fahua wajibun (Sesuatu yang tidak
dapat sempurna sesuatu yang wajib kecuali dengannya, maka sesuatu
tersebut juga berhukum wajib),” imbuhnya.
Ia menjelaskan, sekitar
lima abad yang lalu, Imam Jalaluddin al-Suyuthi (849-901 H/1445-1505 M)
pernah menjawab polemik tentang perayaan Maulid Nabi ini. Beberapa
orang mempertanyakan tentang hukum merayakan Maulid Nabi, menukil dalam
kitab al-Hawi li al-Fatawi beliau menjelaskan.
“Ada sebuah
pertanyaan tentang perayaan Maulid Nabi pada bulan Rabi’ul Awal,
bagaimana hukumnya menurut syara’. Apakah terpuji ataukah tercela? Dan
apakah orang yang melakukan diberi pahala ataukah tidak? Beliau
menjawab: “Jawabannya menurut saya bahwa semula perayaan Maulid Nabi
yaitu manusia berkumpul, membaca Al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi
sejak kelahirannya sampai perjalanan kehidupan-nya. Kemudian
menghidangkan makanan yang dinik-mati bersama, setelah itu mereka
pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah
hasanah. Orang yang melakukan diberi pahala karena mengagungkan derajat
Nabi, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi
Muhammad yang mulia,” tuturnya.
Terahir, Kholiq menjelaskan
beberapa fadilah (keutamaan) dalam merayakan Maulid Nabi muhammad. Di
antaranya adalah sebagaimana yang dikutip oleh al-Imam Syihâbuddin Ahmad
bin Hajar al-Haitami asy-Syafi’i (899-974 H/1494-1566 M) dalam kitabnya
al-Ni’matu al-Kubra ‘ala al-‘Alam fî Maulidi Sayyidi Waladi Adam.
“Sayyidina Abû Bakar ash-Shiddiq berkata, barangsiapa yang menginfaqkan
satu dirham atas dibacanya Maulid Nabi, maka ia adalah temanku di
surga,” katanya.
“Sayyidina ‘Umar bin Khaththâb berkata
barangsiapa yang mengagungkan Maulid Nabi, sungguh ia telah menghidupkan
agama islam. Dan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq berkata, Barangsiapa
yang menginfaqkan satu dirham atas dibacanya Maulid Nabi, maka
seakan-akan ia rela mengorbankan jiwanya untuk membela agama pada perang
Badar dan perang Hunanin. Sayyidina ‘Ali bin Abî Thâlib juga berkata,
barangsiapa yang mengagungkan Maulid Nabi dan ia menjadi sebab dibacanya
Maulid Nabi, maka ia tidak akan meninggal kecuali dengan iman dan masuk
surga tanpa hisab,” lanjutnya. (Syamsul)
Friday, August 19, 2016
Perayaan Maulid Nabi Muhammad
1:55:00 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment